Interview - The Cottons - EP "Harapan" - 2024.

 

Photo Source : @hafizanshidqi

Interview - The Cottons.


Lama tidak terdengar setelah terakhir melepaskan maxi-single “It’s Only a Day” pada 2016 lalu. The Cottons hadir kembali. Dengan EP debut “Harapan” dan akhirnya melakukan live perform didepan publik untuk pertama kalinya pada helatan Paguyuban Crowd Surf kemarin. Secara tidak disangka The Cottons ternyata banyak ditunggu oleh para pendengar, mereka pun tidak  main-main dalam segi permainan dan pengerjaan musik yang mereka suguhkan. Sangat menawan.

 

EP “Harapan” merupakan cerita yang berkesinambungan. Track 1-3 memiliki tajuk yang sama dengan babak yang berbeda lalu ditutup dengan track “Ashes of Hope” sebagai kesimpulan dan penutup. Saat pertama kali mendengar keseluruhan EP, track “Harapan, Pt. 2” memberikan perhatian lebih untuk saya pribadi dan itu menjadi track favorit sampai saat ini. Namun, rasanya tidak lengkap jika tidak memutar keseluruhan EP. The Cottons seperti memiliki kekuatan magis tersendiri pada EP “Harapan”. Tidak bermaksud melebihkan, tapi begitulah fakta yang terasa.


Senang rasanya mendapat kabar The Cottons akan terus berlanjut, kini mereka tengah mempersiapkan beberapa penampilan dan berencana akan mengeluarkan single baru dalam beberapa bulan kedepan.

 

The Cottons adalah Yehezkiel Tambun (Jezkul) dan Kaneko Pardede (Keko). EP “Harapan” sudah dapat didengarkan di seluruh DSP. Selamat The Cottons!.  


1.   Hai The Cottons, aku Farras dari Publik Resital Klub. Boleh kita kenalan dulu ada siapa aja nih di The Cottons?

Hai, Farras! Ada Yehezkiel Tambun (Jezkul) dan Kaneko Pardede (Keko)

2.  Akhirnya setelah maxi-single “Its Only Day” di 2016, The Cottons debut perform kemarin di Paguyuban Crowd Surf dan turut membawakan debut EP “Harapan”, gimana rasanya akhirnya kalian manggung untuk pertama kali dan ternyata ditungguin pendengar sebanyak itu?

Rasanya sangat menyenangkan dan hangat. Dan sesungguhnya di luar ekspektasi. Ternyata cukup banyak wajah-wajah baru—yang tidak kami kenal secara personal—yang tau The Cottons, bahkan hafal dengan lagu-lagu kami.

3.  Senang rasanya aku berkesempatan menyaksikan debut show The Cottons di PCS kemarin dan sangat tidak terduga dengan suguhan live kalian yang bener-bener membuat aku pribadi tersentuh. Kalau boleh tau, kalian kemana aja nih 8 tahun kebelakang dan apa yang akhirnya memutuskan kalian untuk kembali?

Terima kasih sudah menonton debut show kami ya! ❤️

Selama delapan tahun ke belakang waktu dan pikiran kami lebih banyak fokus di keluarga. Maklum, orangtua baru. Ditambah kesibukan pekerjaan, dll. Jadi, energi kami sudah habis duluan.

Kenapa akhirnya memutuskan untuk kembali, karena memang kami tidak ada niatan untuk pergi kok. Keinginan untuk main musik selalu ada. Selama delapan tahun itu kami juga tetap menulis lagu dan  produksi rekaman, walaupun dicicil dan banyak jedanya.

4.  EP “Harapan” isinya tuh ada 4 track, 3 track pertama menggunakan judul yang sama dengan babak yang berbeda dan music yang berkelanjutan, lalu ditutup dengan track “Ashes of Hope”. Sebenernya Harapan akan apa yang coba The Cottons rangkum? Apakah kesuluruhan track memiliki suatu benang merah cerita? Dan track “Ashes of Hope apakah jadi kesimpulan akan keseluruhan harapan tersebut? Atau justru kalian punya pemaknaan lain? 

Ya, memang keseluruhan lagu dalam EP Harapan ini merupakan cerita berkesambungan tentang kehidupan dari kacamata kami. Bisa juga dianggap sebagai dinamika kehidupan yang ada kalanya di atas, dan ada kalanya di bawah. Pendengar pun bebas mengartikan lirik kami sesuai perspektif mereka. Dari point of view pribadi kami, Ashes of Hope merupakan lagu yang secara estetika cocok sebagai penutup EP ini.

5.  Kalau dari teknis penggarapannya, apakah EP ini udah kalian rencanakan selama beberapa tahun kebelakang? Sebagai sebuah band yang juga merupakan pasangan suami istri, ada hal unik mungkin dalam pengerjaan EP ini yang mungkin khalayak tidak menduga itu? 

Rencana EP ini sudah lama, sekitar awal tahun 2020. Namun karena kesibukan dan lainnya, EP ini baru serius digarap produksinya pada bulan Maret 2024, dan selesai di Mei 2024. Tentunya sebagai suami istri, disagreement selama proses songwriting sampai ke produksi musik adalah hal yang tak bisa dihindari. Namun, lebih memahami karakter satu sama lain layaknya dalam suatu hubungan, sangat membantu kami dalam proses pengerjaan EP ini. Selain deadline acara PCS, tentunya.

6.  Banyak yang mengatakan The Cottons memberikan sugugan indie-pop, pop-70s, bahkan sunshine-pop. Untuk kalian pribadi, bagaimana sebenarnya kalian meggambarkan warna The Cottons itu sendiri?

Tentu saja payung musik The Cottons itu pop. Mungkin di EP Harapan kami banyak bermain dengan sentuhan musik Pop Indonesia akhir 1970-an, dari segi sound dan instrumen. Namun ke depannya mungkin saja kami melompat ke musik lain yang secara estetika masih berkesinambungan dan tetap terdengar seperti The Cottons, seperti yang kami lakukan di maxi-single It’s Only a Day di tahun 2016 lalu. Sesuai mood saja. Pada akhirnya, mungkin lagu-lagu yang kami tulislah benang merah dari musik The Cottons itu sendiri, sehingga kami memandang band ini sebagai wadah dari hasil ekspresi musik kami, tak terbatas pada satu jenis musik tertentu.

7.  Kalau boleh tau, kalian lagi ngerencanain apa lagi nih dalam waktu dekat? Dan apakah The Cottons akan terus berlanjut?

Dalam waktu dekat ini mungkin kami lebih banyak mempersiapkan live performance untuk beberapa upcoming gig. Dalam beberapa bulan ke depan juga ada rencana untuk single selanjutnya. Tentu saja akan berlanjut! 

8.  Terimakasih The Cottons 🙏🙂

You’re welcome, Farras! 🙌

 

Posting Komentar

0 Komentar